Rabu, 27 Agustus 2025

Bacelloz : Basamo Celestial SalamonyoπŸ«πŸ†

 


Setiap angkatan pasti punya cerita, dan inilah kisah kami—Celestial. Satu kelas kecil berisi 28 orang di SMA 1 Sumbar, tapi rasanya jauh lebih dari sekadar teman sekelas. Dari awal kami dikumpulkan sampai sekarang, semuanya penuh kenangan. Nama kami Celestial berarti “abadi”, dan ya… ikatan ini emang kerasa banget bakal awet sampai kapan pun.

Semua dimulai pas tahun 2023, waktu kami masih kelas 10. Saat itu, belum ada pembagian kelas Olimpiade. Sampai akhirnya diumumin bakal ada kelas baru yang dibentuk lewat seleksi. Tiga kali tes harus dijalanin: mulai dari matematika dasar, soal dimensi tiga, sampai hafalan biologi dan geografi.

Yang bikin berkesan, hasil tes itu keluarnya pas kami lagi latihan marching buat 17 Agustus. Setelah acara 17 Agustus selesai, barulah kami dipanggil dan resmi dibagi ke kelas baru—Celestial.

Awalnya sih canggung banget. Semua masih diam-diaman, masih cari posisi nyamannya masing-masing. Tapi pelan-pelan, suasana mulai mencair. Mulai ada obrolan kecil, bercanda tipis-tipis, sampai akhirnya jadi rame banget. Dari situlah kami mulai ngerasa kalau kelas ini bakalan beda.

Waktu berlalu, Celestial udah makin kerasa solid. Nggak butuh waktu lama buat bikin kami deket. Entah kenapa, tiap hari selalu ada aja bahan ketawa. Celestial itu paket lengkap: ada yang heboh, ada yang kalem, ada yang suka debatin sesuatu, dan ada juga yang receh banget. Tapi justru dari campuran itulah, kelas ini jadi solid. 

Banyak momen yang telah kami lewati bersama. Saat sekolah mengadakan lomba-lomba, Celestial  selalu ikut ambil bagian, kayak lomba fun cooking, solo song, barclays, womly, dan banyak acara lainnya. Menang atau kalah bukan masalah, karena yang terpenting adalah cerita dan pengalaman yang kami bawa pulang.

Yang nggak kalah seru, kebersamaan kami nggak berhenti di sekolah doang. Grup Telegram jadi dunia kedua kami. Tiap hari ada aja yang bikin rame, kayak notif main bot mafia, uno, tebak gambar, sambung kata, atau sekadar ngobrol receh sampe tengah malam. Kadang chaos banget, tapi justru di situ kerasa hangatnya.

Kelas 11 juga jadi masa di mana kami udah bener-bener tau karakter satu sama lain. Udah nggak ada lagi rasa canggung, semua udah terbuka. Kayak keluarga kecil yang apa adanya.

Sekarang udah tahun ketiga. Rasanya cepat banget, padahal dulu awal masuk masih awkward. Dari kelas 10 sampai sekarang, udah banyak banget cerita yang nggak mungkin bisa ditulis satu-satu. Dari tawa, capek, sampai momen konyol yang kalau diinget bikin ngakak sendiri.

Nggak ada yang tahu gimana nanti setelah lulus. Mungkin kami bakal sibuk dengan jalan masing-masing, jarang ketemu, atau bahkan cuma bisa saling sapa lewat layar. Tapi satu hal pasti: kenangan ini nggak akan pernah hilang.

Celestial bukan cuma kelas. Dia udah kayak rumah kecil yang isinya keluarga kedua. Tempat semua cerita kami selama SMA terekam dengan cara yang nggak bisa ditiru kelas lain. Dua puluh delapan orang, tiga tahun, ribuan cerita semuanya udah jadi bagian dari diri kami. Celestial artinya abadi. Dan semoga, kenangan ini juga akan abadi.

Rabu, 20 Agustus 2025

Tugu ASEAN Pariaman: Ikon Persahabatan dan Keakraban Asia Tenggara

 


Tugu ASEAN, atau sering disebut Asean Youth Park, adalah monumen menarik yang letaknya strategis di antara Pantai Gandoriah dan Taman Anas Malik, Kota Pariaman. Bukan cuma jadi spot foto keren, tapi juga punya cerita keren di baliknya.

Sejarah & Filosofi

Tugu ini dibangun sebagai bagian dari program ASEAN Youth Tourism City yang digagas oleh Pemko Pariaman bersama KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Kota Pariaman pada tahun 2012, melalui kerja sama dengan Majelis Belia Malaysia (MBM). Pada saat itu pejabat dari enam negara ASEAN—Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, Thailand, dan Laos—mengunjungi Pariaman dalam rangka promosi pertukaran pemuda (Youth Exchange and Study programme, atau YES) 

Selanjutnya, pada tahun 2016, dilakukan penandatanganan prasasti simbolis yang dilakukan oleh Walikota Pariaman bersama Presiden MBM, sebagai langkah awal pengesahan Tugu ASEAN. Tugu ini kemudian resmi dibangun pada 2017 dan dilengkapi dengan lambang ASEAN serta deretan bendera negara-negara ASEAN di latar belakangnya


Kenapa Harus Dikunjungi?

  • Spot Foto Kekinian
    Letaknya strategis di antara dua destinasi utama (Pantai Gandoriah dan Taman Anas Malik), jadi ideal untuk foto selfie atau foto bareng teman—apalagi kaum milenial yang doyan update feeds media sosial 

  • Simbol Persatuan ASEAN
    Tugu ini punya nilai simbolis yang kuat sebagai representasi persahabatan dan solidaritas antarnegara ASEAN—sesuatu yang jarang dijumpai di monumen lokal lain.

  • Edukasi & Kebanggaan Lokal
    Tugu ini mencerminkan peran aktif generasi muda Pariaman dalam membangun citra kota sebagai destinasi wisata internasional dan memberi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat setempat.

Tips Berkunjung

Ikan Purba yang Bangkit dari “Kepunahan”: Coelacanth Difoto Hidup di Maluku

 

Bayangkan ada makhluk laut yang sudah ada sejak zaman dinosaurus, dianggap punah selama 70 juta tahun, lalu tiba-tiba muncul lagi di hadapan para penyelam. Itulah yang terjadi pada ikan coelacanth (Latimeria menadoensis), hewan laut purba yang sering disebut sebagai “fosil hidup”.

Pada Mei 2025, tim ekspedisi laut berhasil mengabadikan foto pertama ikan coelacanth hidup di perairan Maluku, Indonesia. Penemuan ini jadi tonggak sejarah karena biasanya spesies ini hanya ditemukan melalui fosil atau tertangkap kamera robot bawah laut (ROV). Kali ini, penyelam manusia benar-benar melihatnya dengan mata kepala sendiri.


Penemuan yang Menggemparkan

Tim dari UNSEEN Expeditions, bekerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Pattimura, melakukan penyelaman hingga kedalaman ±145 meter. Dengan teknologi khusus berupa closed-circuit rebreather dan campuran gas trimix, mereka berhasil menemukan coelacanth yang sedang berenang bebas—tidak bersembunyi di gua seperti biasanya.

Salah satu penyelam, Alexis Chappuis, menyebut momen itu “seperti menatap masa lalu yang hidup kembali.”


Kenapa Spesies Ini Begitu Penting?

Coelacanth dikenal sebagai salah satu ikan tertua di dunia. Mereka pertama kali muncul lebih dari 360 juta tahun lalu dan sempat dianggap punah bersama dinosaurus. Namun pada tahun 1938, seekor coelacanth ditemukan hidup di Afrika Selatan, membuat para ilmuwan tercengang.

Kini, dokumentasi langsung dari Indonesia menambah bukti bahwa spesies ini masih bertahan, meski sangat langka dan terancam.


Tantangan Konservasi

Karena hidup di laut dalam, berumur panjang, dan berkembang biak sangat lambat, coelacanth termasuk spesies yang rentan punah. Aktivitas manusia, seperti penangkapan ikan berlebihan atau pariwisata bawah laut yang tak terkendali, bisa mengganggu habitat mereka.

Para ilmuwan menekankan pentingnya perlindungan ekosistem laut dalam di Maluku, agar spesies langka ini tetap bisa bertahan untuk generasi mendatang.


Penutup

Penemuan coelacanth di Maluku ini mengingatkan kita bahwa laut Indonesia masih menyimpan banyak misteri. Siapa tahu, masih ada “fosil hidup” lain yang menunggu untuk ditemukan. Yang jelas, foto pertama coelacanth hidup ini adalah bukti bahwa masa lalu belum sepenuhnya hilang dari Bumi.

sumber : https://people.com/living-fossil-fish-thought-extinct-for-70-million-years-photographed-for-the-first-time-in-2025-11724699?utm_source=chatgpt.com

Penemuan Alat Batu Tertua di Sulawesi: Mengungkap Jejak Hominin Misterius


Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature dan dilaporkan oleh Livescience berhasil mengguncang dunia arkeologi. Para ilmuwan menemukan alat batu berusia 1,04 hingga 1,48 juta tahun di Sulawesi, Indonesia. Temuan ini bukan hanya menjadi artefak tertua di wilayah Wallacea, tetapi juga memperluas pemahaman kita tentang sejarah awal migrasi hominin di Asia Tenggara.

Temuan di Situs Calio

Dalam penggalian antara tahun 2019 hingga 2022, arkeolog menemukan tujuh artefak batu di situs Calio, Sulawesi. Analisis mendalam menunjukkan bahwa alat-alat tersebut dibuat dengan teknik percussion flaking, yaitu memukul batu inti hingga menghasilkan serpihan tajam. Salah satu artefak bahkan menunjukkan tanda retouching, yaitu pengasahan ulang pada sisi tertentu—indikasi bahwa pembuatnya memiliki keterampilan dan tujuan jelas dalam membuat alat.

Misteri Si Pembuat

Identitas hominin pembuat alat ini masih menjadi tanda tanya besar. Para ahli menduga kemungkinan besar adalah Homo erectus, mengingat spesies ini sudah diketahui menghuni Jawa sekitar 1,6 juta tahun lalu. Namun, ada hipotesis lain yang menyebutkan keterlibatan kerabat mereka seperti Homo floresiensis (hobbit dari Flores) atau Homo luzonensis dari Filipina. Sayangnya, belum ada fosil hominin yang ditemukan di Sulawesi untuk memberikan kepastian.

Dampak bagi Sejarah Evolusi

Temuan ini memajukan rekam jejak keberadaan hominin di Sulawesi hingga 800.000 tahun lebih awal dari bukti sebelumnya. Fakta bahwa manusia purba mampu mencapai Wallacea berarti mereka memiliki kemampuan menyeberangi perairan. Hal ini menantang anggapan lama bahwa hominin awal hanya terbatas pada daratan dan tidak mampu melakukan perjalanan laut.

Relevansi Penelitian

  1. Menunjukkan bahwa wilayah Wallacea telah dihuni jauh sebelum Homo sapiens muncul.

  2. Membuktikan kemampuan adaptasi dan keterampilan teknologi hominin purba.

  3. Menjadi pintu masuk untuk penelitian lanjutan mengenai migrasi manusia di Asia Tenggara.

Kesimpulan

Penemuan alat batu purba di Sulawesi memberikan wawasan baru tentang sejarah manusia. Lebih dari sekadar penemuan arkeologi, hasil ini menegaskan bahwa perjalanan evolusi manusia jauh lebih kompleks daripada yang dibayangkan sebelumnya. Pertanyaan besar pun muncul: siapa sebenarnya hominin misterius yang pernah mendiami Sulawesi lebih dari satu juta tahun lalu?

sumber : https://www.livescience.com/archaeology/human-evolution/1-5-million-year-old-stone-tools-from-mystery-human-relative-discovered-in-indonesia-they-reached-the-region-before-our-species-even-existed?utm_source=chatgpt.com

Tabuik Pariaman: Tradisi Budaya yang Megah dan Sakral

 


Sejarah Singkat Tabuik

Tabuik merupakan tradisi warisan budaya Islam Syiah yang masuk ke Pariaman sejak abad ke-19, dibawa oleh orang-orang India keturunan Tamil. Perayaan ini digelar untuk mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain bin Ali, dalam peristiwa Tragedi Karbala.

Seiring waktu, Tabuik melebur jadi tradisi masyarakat Pariaman yang penuh dengan nuansa budaya lokal.

 Prosesi Tabuik

Perayaan Tabuik biasanya berlangsung selama 10 Muharram (Hari Asyura) dalam kalender Hijriah. Prosesi ini terdiri dari beberapa rangkaian:

  • Maatam & Tabuik Naik Pangkek → masyarakat mulai menyiapkan bangunan Tabuik (menara raksasa yang dihias megah).

  • Hoyak Tabuik → ribuan masyarakat mengangkat dan menggoyang Tabuik besar sambil diiringi musik tradisional gandang tasa.

  • Puncak Perayaan → Tabuik dibawa beramai-ramai ke pantai, kemudian dihanyutkan ke laut sebagai simbol kembalinya ruh Imam Husain.

 Daya Tarik Wisata

Tabuik bukan sekadar ritual, tapi juga jadi atraksi budaya yang mampu menarik ribuan pengunjung lokal maupun mancanegara. Atmosfernya meriah, penuh semangat, dan bikin merinding karena semangat kebersamaan masyarakat sangat terasa.

Selain menyaksikan prosesi, pengunjung juga bisa menikmati pasar rakyat, kuliner khas Pariaman, hingga hiburan seni tradisional.

 Waktu & Lokasi

  • Lokasi: Kota Pariaman, Sumatera Barat.

  • Waktu: Setiap tahun pada tanggal 1–10 Muharram (kalender Islam).

 Tips Kalau Mau Nonton Tabuik

  • Datang lebih awal supaya dapat spot bagus untuk melihat prosesi.

  • Bawa topi atau payung karena acaranya berlangsung di luar ruangan.

  • Siapkan kamera atau HP dengan baterai penuh (momen Tabuik itu instagramable banget).

  • Jaga sopan santun, karena meskipun meriah, Tabuik tetap punya nilai sakral.


✨ Tabuik bukan sekadar festival, tapi simbol sejarah, religiusitas, dan kebersamaan masyarakat Pariaman. Kalau kamu ke Sumbar pas bulan Muharram, jangan sampai melewatkan perayaan megah ini!

Pesona Pantai Gandoriah & Pulau Angso Duo, Ikon Wisata Pariaman

 


Kalau kita ngomongin wisata di Sumatera Barat, Pariaman pasti nggak bisa dilewatkan. Kota kecil di pesisir barat Sumbar ini punya pesona laut yang luar biasa, terutama Pantai Gandoriah dan Pulau Angso Duo yang jadi ikon wisata di sana.

🌊 Pantai Gandoriah: Ramai, Indah, dan Penuh Cerita

Pantai Gandoriah terletak persis di pusat kota Pariaman, jadi gampang banget dijangkau. Dari Stasiun Pariaman, kamu tinggal jalan kaki sebentar sudah langsung sampai.

Yang bikin pantai ini unik adalah suasana ramainya. Setiap sore, apalagi di akhir pekan, banyak keluarga, anak muda, sampai wisatawan luar daerah datang untuk menikmati sunset. Garis pantainya panjang, pasirnya lembut, dan ombaknya cukup tenang buat main air di tepi.

Selain itu, di sepanjang pantai banyak pedagang makanan khas seperti rakik maco, sate piaman, sampai kelapa muda segar. Jadi kalau lapar, nggak perlu bingung cari camilan.

πŸ›Ά Pulau Angso Duo: Surga Kecil di Tengah Laut



Dari Pantai Gandoriah, kita bisa menyeberang ke Pulau Angso Duo dengan perahu motor. Jaraknya cuma sekitar 15 menit, jadi cocok banget buat one-day trip.

Begitu sampai di pulau, suasananya langsung beda. Pasir putih, air laut jernih, dan pepohonan rindang bikin suasana adem. Di pulau ini juga ada makam Syekh Katik Sangko, tokoh penyebar Islam di Pariaman, sehingga tempat ini juga punya nilai religi.

Pulau Angso Duo cocok banget buat kamu yang suka hunting foto, main air, atau sekadar santai sambil denger suara ombak.

🎟️ Tiket dan Akses

  • Tiket masuk Pantai Gandoriah: Gratis, hanya bayar parkir.

  • Ongkos kapal ke Pulau Angso Duo: Sekitar Rp40.000 – Rp50.000 pulang-pergi (harga bisa berubah tergantung musim).

  • Lokasi: 1 jam perjalanan dari Kota Padang lewat jalur darat.

Menikmati Eksotisme Lubuk Alung di Padang Pariaman


Lubuk Alung mungkin lebih sering dikenal sebagai jalur lintas Padang–Bukittinggi, tapi siapa sangka, daerah ini punya banyak destinasi wisata yang indah dan cocok buat liburan singkat. Suasananya masih asri, banyak air terjun alami, serta kuliner khas Minang yang bikin kangen.

 Lokasi

Lubuk Alung berada di Kabupaten Padang Pariaman, sekitar 30 km dari Kota Padang. Dari pusat kota, perjalanan bisa ditempuh sekitar 1 jam menggunakan kendaraan.

 Destinasi Wisata Menarik di Lubuk Alung

  1. Air Terjun Nyarai
    Salah satu ikon wisata alam Lubuk Alung. Untuk sampai ke sini, kamu harus trekking melewati hutan dengan pemandangan cantik. Sampai di lokasi, rasa capek bakal langsung hilang karena disambut air terjun tinggi dengan kolam alami yang jernih. Cocok banget buat berenang atau sekadar main air.

  2. Air Terjun Sarasah
    Masih di kawasan hutan Lubuk Alung, air terjun ini menawarkan suasana sejuk dan tenang. Spot favorit buat wisatawan yang suka alam dan fotografi.

  3. Lubuk Alung Adventure Park
    Tempat ini sering jadi pilihan wisata keluarga. Ada area bermain, spot foto, hingga tempat nongkrong dengan view alam yang menenangkan.

  4. Kuliner Khas
    Jangan lupa mampir ke warung-warung nasi Padang dan sate khas Lubuk Alung. Rasanya otentik banget, apalagi kalau dimakan sambil lihat pemandangan hijau sekitar.

 Tips Berkunjung

  • Gunakan sepatu yang nyaman kalau mau trekking ke air terjun.

  • Bawa baju ganti, karena godaan untuk berenang pasti besar.

  • Sebaiknya datang pagi hari supaya lebih puas menikmati suasana.

 Penutup

Lubuk Alung memang bukan kota besar, tapi justru di situlah pesonanya. Alamnya masih alami, udaranya segar, dan destinasi wisatanya seru untuk dieksplor. Kalau kamu lewat jalur Padang–Bukittinggi, jangan buru-buru, sempatkan mampir sejenak ke Lubuk Alung dan nikmati indahnya “surga kecil” di Padang Pariaman ini.

Rabu, 13 Agustus 2025

Es Jagung

Es Jagung adalah minuman segar yang dibuat dari jagung manis yang direbus lalu dipipil, disajikan dengan es serut atau es batu, sirup, susu kental manis, dan kadang tambahan nata de coco atau jelly. Rasanya manis, creamy, dan segar, cocok untuk cuaca panas.

Manis alami jagung berpadu dengan rasa gurih susu dan dinginnya es, menciptakan sensasi segar sekaligus mengenyangkan. Setiap suapan punya tekstur renyah dari jagung yang unik dibanding es campur biasa.

Pokat Kocok

 Alpukat Kocok adalah minuman kekinian berbahan dasar alpukat yang dihancurkan (dikocok) hingga creamy, lalu ditambahkan es, susu kental manis, dan topping seperti cokelat cair atau keju parut.

Rasa lembut alpukat yang kaya lemak sehat berpadu manisnya susu dan legitnya topping, membuat minuman ini terasa mewah namun tetap menyegarkan. Cocok untuk camilan sore atau pelepas dahaga di siang hari.

Coffe Latte

Latte adalah minuman kopi berbasis espresso yang dicampur dengan susu panas dan diberi sedikit buih susu di atasnya. Rasanya lembut, creamy, dan punya aroma kopi yang tetap terasa, tapi tidak sepahit kopi hitam. Latte populer sebagai pilihan bagi penikmat kopi yang suka rasa ringan dan manis.

Perpaduan espresso yang aromatik dengan susu panas yang lembut menciptakan rasa seimbang antara pahit kopi dan manis susu. Cocok diminum di pagi hari untuk memulai hari dengan tenang atau di sore hari sambil bersantai.

Cumi Bakar

 Cumi bakar adalah olahan laut yang dimarinasi dengan bumbu bawang, kecap, dan rempah, lalu dibakar hingga harum. Aromanya langsung bikin perut keroncongan.

Rasa manis-gurih dari bumbu bakaran berpadu dengan tekstur cumi yang empuk dan sedikit smoky. Sempurna untuk pencinta makanan laut.

Bacelloz : Basamo Celestial SalamonyoπŸ«πŸ†

  Setiap angkatan pasti punya cerita, dan inilah kisah kami—Celestial. Satu kelas kecil berisi 28 orang di SMA 1 Sumbar, tapi rasanya jauh l...